Movie Review : Blue is the Warmest Color (2013)

Blue is the Warmest Color (2013)
Abdellatif Kechiche
Movie Review
By : Albert Prawira




Film ini diperankan dengan brutal oleh Adele Exarchopoulos sebagai Adele dan Lea Seydoux sebagai Emma. Yes, it is brutal. Omong - omong, jika ada yang tidak tahu, Lea Seydoux adalah Gadis Bond yang bermain di film Spectre (2015). Gadis Bond terkenal memiliki figur yang seksi dan menawan. Sudah ingat Lea Seydoux di Spectre? Bayangkan jika dia berambut pendek dan berwana biru. Kira - kira seperti itulah gambaran Emma. Film berdurasi 3 jam ini diadaptasi dari novel grafis karya Julie Maroh dengan judul asli “Blue Angel”.


Baiklah, mari kembali ke Adele. Ia adalah gadis berumur 15 tahun yang masih duduk di bangku sekolah dan sedang mencari jati dirinya. Ia adalah gadis biasa yang sering berkumpul bersama teman geng wanitanya. Senang membaca dan memiliki ketertarikan pada kegiatan menulis. Saat sedang makan bersama teman - temannya di kafetaria sekolah, temannya berkata bahwa ada satu pria di sekolah yang tertarik pada dirinya. Nama pria itu Thomas. Walaupun Adele menampik perkataan para temannya, sebenarnya ia juga tertarik pada Thomas. Lalu suatu ketika mereka berkenalan di bus saat perjalanan ke sekolah. Dari situ mereka menjadi dekat hingga berpacaran. Namun, di sela - sela itu ternyata Adele bertemu dengan sesosok wanita berambut pendek (yang kemudian diketahui bernama Emma) di persimpangan jalan dan merasa sangat penasaran pada wanita itu.


Tidak butuh waktu lama bagi Adele untuk merasakan pengalaman bercinta pertama kalinya dengan seorang pria yang adalah pacarnya sendiri, Thomas. Namun, tidak disangka bayang - bayang Emma tidak bisa hilang dari pikirannya, bahkan ia melakukan (maaf) masturbasi sambil membayangkan Emma, lalu ketika ia sedang duduk menyendiri di tangga sekolahannya, ia didekati sahabat wanitanya dan mereka berciuman. Sesudahnya, ketika Adele mendekati sahabatnya dan menciumnya di toilet sekolahan, temannya menolak dan berkata (mengenai peristiwa sebelumnya di tangga) bahwa itu adalah sebuah kesalahan dan hanya emosi sesaat. Disitu Adele merasa hancur dan kecewa. Ia lalu memutuskan pacarnya, Thomas dan hangout dengan sahabat prianya, Valentin ke sebuah bar khusus gay. Setelah itu ia berjalan sendirian dan masuk ke gay bar lainnya yang khusus untuk wanita. Lalu ternyata disitu ia bertemu dengan Emma dan mereka berkenalan. Emma adalah mahasiswi tahun keempat jurusan Fine Arts. Dan ia gemar melukis.


Konflik mulai terasa setelah Emma menjemput Adele di sekolahnya dan teman - temannya mempertanyakan siapa Emma, bagaimana mereka bertemu, dan mengapa seolah - olah mereka seperti sepasang lesbian. Adele dituduh sebagai lesbian dan temannya merasa sangat tidak nyaman dengan kehadiran Adele hingga mereka berkelahi. Adele lalu lebih sering hangout dengan Emma. Di tahap ini, sutradara menggambarkan hubungan mereka dengan cara sincere, mereka terlihat melakukan pendekatan dengan normal, berbincang - bincang, tertawa, hangout ke pameran - pameran kesenian. Walaupun pada tahap ini, Adele terlihat sering melihat bagian bibir Emma. Ia terlihat gemas dan terpesona dengan Emma.


Tidak lama kemudian mereka berpacaran hingga melakukan hubungan seksual. Adegan ini memang ramai dibahas sebagai salah satu adegan seks hebat dalam perfilman. Wajah mereka terlihat sangat natural, menikmati dan erangannya mampu membuat bulu kuduk berdiri. Gambar diambil dengan indah, dan gerakannya lembut. Tata cahaya juga sangat memperlihatkan lekuk tubuh keduanya dengan hebat. 7 menit yang sangat berharga untuk ditonton.


Kemudian mereka saling memperkenalkan masing - masing ke keluarga mereka. Disini juga terdapat perbedaan yang mencolok antara kedua belah keluarga. Keluarga Emma yang sepertinya menerima seksualitas Emma sangat kontras dengan keluarga Adele yang konservatif dan menanyakan pekerjaan pacar Emma “Your boyfriend. What does he do?” dan dijawab “He works in business.”. Setelah itu Adele bekerja sebagai guru di sekolah dan menangani anak - anak kecil. Disini juga terdapat poin penting dari film ini. Ketika Adele terlihat sangat menikmati momen bersama anak kecil dan sering terlihat merenung sambil melihati anak - anak asuhnya, saya menangkapnya bahwa ia mengalami pro dan kontra, di satu sisi ia ingin memiliki anak juga dan mustahil karena ia seorang lesbian, namun di satu sisi juga ia sangat mencintai Emma.


Usai sudah masa indah mereka, kini datang masa - masa sulit ketika masing - masing sibuk dengan pekerjaan mereka. Adele menjadi kesepian karena Emma yang sibuk dengan proyeknya bersama mantannya, Lise. Adele lalu memilih untuk hangout bersama rekan - rekan sepekerjaannya. Disitu ia berdansa dengan Antoine dan berciuman.


Konflik memuncak ketika Adele diantar pulang oleh Antoine, Adele memasuki sebuah gedung, menunggu hingga Antoine pergi, lalu ia keluar dari gedung tersebut dan berjalan kaki memasuki rumah Emma. Ternyata Emma sudah menunggu kepulangan Adele dan menanyakan langsung siapa yang mengantarnya pulang. Adele yang tidak mau Emma cemburu, berbohong bahwa rekannya yang mengantarkan pulang adalah seorang wanita. Emma yang marah dan terlanjur cemburu menanyakan Adele bertubi - tubi. Dan benar saja, Adele sudah berselingkuh dengan Antoine. Emosi Emma memuncak dan mengusir Adele dengan kasar. Adele memohon maaf hingga menangis histeris. Emma melempari baju Adele ke lantai dan memaksanya berkemas dan mendorong Adele hingga keluar dari rumah dan membanting pintu rumah dengan sangat keras hingga kacanya pecah. Scene ini sangat riil menurut saya. Cinta pasti mempunyai rasa ingin memiliki. Cinta itu egois. Cinta itu pencemburu. Adegan dilanjutkan dengan Adele wandering di jalanan sambil masih menangis hebat. Quote yang tersisa dari perkelahian itu adalah “Don’t do this. Where do i go without you? What will i do?” yang diteriakkan Adele ketika ditarik dan didorong keluar dari rumah oleh Emma.


But life must go on. Adele melanjutkan kehidupannya dan Emma juga semakin sibuk dengan pameran - pameran keseniannya bersama Lise, mantannya. Walaupun sibuk, Adele masih terus menangis ketika memikirkannya. Hingga Adele menghubungi Emma untuk bertemu di sebuah kafe dan menanyakan kehidupannya sekarang. Diketahui bahwa Emma melanjutkan hubungannya dengan Lise. Lalu Adele menanyakan kehidupan seksualnya dengan Lise yang dijawab dengan enggan oleh Emma. “I don’t know, Adele. It’s not like with you.”. Lalu keadaan memanas ketika Adele menciumi, menjilati tangan Emma dan menggiring tangannya ke arah alat kelaminnya, hingga Emma memaksa Adele berhenti. Emma menolaknya, ia sudah tidak mencintai Adele. Adegan ini menjadi sangat indah untuk saya. Emma adalah definisi cinta sesungguhnya.Walaupun mungkin rasanya tidak seenak dengan Adele, namun ia memilih untuk setia dengan pasangannya, Lise.

Adegan terakhir di film ini adalah Adele yang diundang ke pameran lukisan Emma. Lalu setelah berbincang sebentar dengan Emma, ia melihat - lihat sebentar, lalu terlihat enggan berada di acara tersebut lebih lama lagi, dan ia memutuskan untuk pergi.

Sekian movie review saya, terima kasih.

Movie Score : 83

Daftar Pustaka

- https://en.wikipedia.org/wiki/Blue_Is_the_Warmest_Color_(comics)
- http://www.metacritic.com/movie/blue-is-the-warmest-color
- https://123movies.is/film/blue-is-the-warmest-color-3159/watching.html
- http://www.rogerebert.com/reviews/blue-is-the-warmest-color-2013

Komentar

Postingan Populer